Oleh: Nab Bahany As
Sekira tahun 2008, secara tak sengaja, saat menyambangi sebuah toko foto copy di Banda Aceh, kebetulan saya lihat ada sebuah naskah hasil penelitian tentang “Sejarah Hidup dan Perjuangan Habib Bugak”, pewaqaf rumah Aceh (Baid Al-Asyi) di Mekkah Arab Saudi.
Lalu saya meminta izin pemilik toko untuk menfoto copy satu eks (80 halaman) naskah hasil penelitian sejarah hidup Habib Bugak ini, Alhamdulillah pemilik Toko memberi izin.
Sebelumnya, saya juga telah banyak memperoleh informasi tentang rumah waqaf Aceh Habib Bugak di Mekah Arab Saudi. Informasi itu terutama saya peroleh dari H. Harun Keuchik Leumuek (Almarhum).
Karena H. Harun Keuchik Leumiek setiap melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah (hampir belasan kaki), semasa hidupnya, beliau selalu memanfaatkan waktunya di Arab Saudi menelusuri harta-harta waqaf Aceh yg ada di Arab Saudi. Baik di Mekkah, maupun diluar Mekkah.
Maklum, H. Haji Harun Kesyik Leumiek selain pengusaha emas dan permata, beliau juga seorang wartawan kawakan di Aceh. Naluri kewartawanan inilah yang membuatnya tertarik menelusuri sejarah harta-harta wakaf orang Aceh yg ada di Arab Saudi, termasuk rumah waqaf Habib Bugak yang ada di Mekkah.
Bahkan, H. Harun Keuchik Leumiek semasa hidupnya sangat dekat hubungannya dengan Nazir yang mengelola harta waqaf Habib Bugak di Mekkah. Seluruh infornasi soal harta waqaf Aceh di Arab Saudi itu, termasuk harta waqaf Habib Bugak di Mekkah, setiap beliau pulang ibadah haji atau umrah selalu beliau ceritakan kepada saya.
Makanya, sebelum saya membaca hasil penelitian Dr. Hilmi Bakar tentang rumah waqaf Aceh Habib Bugak di Mekkah, sedikit banyak saya sudah mengetahui sejarahnya dari informasi-informasi yang diceritakan H. Harun Keuchik Leumiek.
Hasil investigasi jurnalis yang pernah dilakukan H. Harun Keuchik Leumiek, dalam tiap kesempatan beliau melakukan ibadah haji dan umrah, di Arab Saudi ada sekitar 12 lokasi (tempat) harta wakaf orang Aceh. Lokasi harta waqaf orang Aceh itu juga ada di luar Mekkah.
Namun yang paling terkenal adalah rumah waqaf Habib Bugak, yang rumah aslinya dulu (dibangun jadi hotel 25 lantai sekarang) hanya beberapa meter jauhnya dgn Masjidil Haram.
Setelah saya pelajari hasil penetitian Dr. Hilmi Bakar tentang “riwayat hidup dan perjuangan Habib Bugak”, ternyata tidak jauh beda dengan apa yang pernah diceritakan H. Harun Keuchik Leumiek pada saya semasa hidupnya.
Mekipun saya dan Dr. Hilmi Bakar saling mengenal mana. Melalui tulisan-tulisan kami tentang sejarah Habib Bugak, Allah baru mempertemukan kami (saya dan Dr. Hilmi Bakar) pada tiga lalu dlm sebuah FGD-PPKD di kota Bireuen.
Begitu kami bertemu, Dr. Hilmi Bakar langsung mengatakan pada saya: “pak Nab kok menjiwai sekali menulis sejarah Habib Bugak, saya aja yg lebih dari dua tahun meneliti sejarah hidup dan perjuangan Habib Bugak, tidak seperti yang pak Nab jiwai dalam menulis hasil penelitian saya”, kata Dr. Hilmi Bakar, seraya memperlihatkan dua tulisan saya tentang sejarah Habib Bugak yang telah dikumpulkan dalam sebuah naskah untuk diterbitkan, kata Dr. Hilmi Bakar.
Sebagaimana diketahui, rumah waqaf (baid Al-Asyi) Habib Bugak di Mekkah Arah Saudi, baru terkuak ke publik di Aceh pada masa Gubernur Abdullah Puteh, yang mengirimkan delegasi Aceh ke Mekkah untuk memastikan keberadaan rumah Waqaf Habib Bugak itu.
Hari hasil utusan delegasi Gubernur Abdullah Puteh ke Arab Saudi waktu itu, membenarkan bahwa Aceh memiliki sebuah rumah waqaf milik Habib Bugak di Mekkah.
Saat itu terjadi negosiasi antara Nazir pengelola rumah waqaf Habib Bugak dengan pemerintah Aceh, untuk membangun rumah waqaf Habib Bugak ini menjadi sebuah apartemen (hotel besar), tapi pemerintah Aceh saat tidak punya dana untuk membangunnya.
Akhirnya, rumah waqaf Habib Bugak ini diserahkan pada investor untuk membangunnya, dengan perjanjian kontrak selama 20 tahun. Maka dibangunlah rumah waqaf Habib Bugak ini oleh investor dalam bentuk hotel 25 lantai.
Hasil dari keuntungan bagi hasil dengan investor inilah, yang dikelola oleh Nazir waqaf Baid Al Asyi Habib bugak sekarang, dijadikan konpensasi bagi jamaah haji Aceh setiap tahunnya, sebagai konpensasi ganti penginapan bagi setiap jamaah haji dari Aceh yang menunaikan ibadah hajinya.
Hotel Baid Al Asyi (rumah wakaf Habib Bugak), yang dibangun 25 lantai oleh investor Malaysia bekerja sama dengan pengusaha Arab Saudi tahun 2007.
Kalau masa kontrak dengan investor, berarti tahun 2027 Baid Al Asyi (rumah waqaf Habib Bugak) ini akan berakhir masa kontraknya dengan investor dan akan dikembalikan kepada Nazir Waqaf untuk dikelola kembali sepenuhnya.
Dan Baid Al Asyi itu (waqaf Habib Bugak) ini sudah utuh menjadi milik harta waqaf Aceh di Arab Saudi, yang dikolola Nazir waqaf Aceh. Dengan demikian, income Baid Al Asyi ini akan terus bertambah besar, karena tidak lagi bagi hasil dengan investor.
Penulis merupakan Budayawan dan Pemerhati Sejarah Aceh