LINTAS NASIONAL – NEW YORK, Seorang wartawan Amerika, Elizabeth Coachran Seaman atau yang dikenal sebagai Nellie By merupakan salah satu wartawan wanita yang cukup terkenal karena konsern menuliskan isu-isu terkait perempuan di zamannya kala itu. Ketertarikannya menjadi wartawan berawal saat dirinya membaca sebuah kolom di Pittsburg Dispact “What Girls Are Good For”.
Dikutip dari laman Elite Readers, Nellie kemudian menulis sebuah surat pada editor kolom tersebut. Melihat surat itu, editor Pittsburg Dispatch kemudian terkesan dan menawarkannya untuk menulis artikel untuk koran tersebut. Dia kemudian menuliskan artikel untuk kolom koran tersebut.
Tidak lama setelahnya, Nellie kemudian pindah ke New York dan bekerja di koran New York World. Saat itu dia mendapat tugas untuk mengungkapkan rumor terkait kasus kekerasan di rumah sakit jiwa Women’s Lunatic Asylum di Blackwell’s Island, Amerika sekitar tahun 1900-an selama 10 hari.
Nellie kemudian menyetujuinya dan berpura-pura menjadi pasien dengan gangguan mental
Selama 10 hari penyamarannya, dia mengungkapkan rumor tentang kekerasan yang diterima para pasien benar adanya. Para pasien diketahui dipukul, diikat selama beberapa jam, dihukum dan kepalanya dimasukkan di dalam air dingin.
Tidak hanya itu saja, para pasien juga hanya diberi makanan basi dan kotor serta air minum yang tidak disaring. Mereka juga harus makan bersama dengan tikus, juga kecoak. Selama 10 hari itu Nellie yang juga akrab disapa Seaman juga menemukan fakta bahwa sebagaian besar wanita yang ada di rumah sakit itu tidak mengalami gangguan mental. Mereka terkurung di rumah sakit itu karena kemiskinan dan ketidakmampuan mereka dalam berbahasa Inggris.
Selama di sana, Seaman juga mengamati bahwa para pasien mencoba untuk keluar dari rumah sakit itu dengan memberi tahu tindakan kekerasan yang terjadi kepada dokter yang memeriksa mereka. Namun, sayangnya para dokter tidak mempercayainya dan akhirnya para pasien itu dihukum.
Setelah 10 hari lamanya, Seaman kemudian menuliskan pengalamannya itu ke dalam novel yang diberi judul “Ten Days in a Mad-House”. Setelah terbit, novel itu menuai banyak kontroversi. Meski begitu pemerintah setempat kemudian mempelajari bukunya dan melakukan tindakan terhadap rumah sakit tersebut. Sehingga akhirnya situasi rumah sakit itu menjadi lebih baik. (kompas)