Oleh: Abdan Syakura
Pendidikan ditengah covid-19 sungguh sangat memprihatinkan mahasiswa, Kemerdekaan belajar sangat diperhitungkan karena masih sangat jauh dari kata merdeka. Sungguh kekritisan mahasiswa mulai terbelenggu karena ruang belajar sangat terbatas bisa disebut dengan daring (dalam jaringan).
Sungguh sangat disayangkan pula bagi mahasiswa yang ingin berdialektika dalam ruang akademis karena tidak dapat mengeluarkan argumennya secara riil atau secara bertatap muka.
Daya kekritisan mahasiswa juga patut dipertanyakan dalam era saat ini. Banyak diantara mahasiswa sudah mulai merasa bosan dan sudah terlalu nyaman dengan kuliah dalam jaringan, sehingga para mahasiswa banyak membuang-buang waktunya untuk melakukan hal-hal lain diluar mata perkuliahan.
Diantara mahasiswa banyak yang menyibukkan dirinya untuk bekerja ataupun sebagainya, cuma segelintir mahasiswa yang benar-benar serius belajar dikala pandemi seperti ini. Yang sangat diperhatikan mahasiswa dalam kuliah daring ini hanyalah tugas yang diberikan oleh dosen. Sementara untuk belajar secara sepenuhnya bisa dikatakan cuma sebagiannya saja.
Terkait perkuliahan ini pula pihak kampus belum juga mengeluarkan intruksi kuliah tatap muka, hanya saja jika dikeluarkan intruksinya untuk bisa menempuh pembelajaran diluar jaringan harus ketat mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan sistemnya oleh pihak Dinas Kesehatan.
Dalam perkuliahan saat ini sungguh mahasiswa sangat mengeluh dan ingin keluar dari belenggu pembelajaran daring, karena tidak merasakan kepuasan dalam meneguk ilmu pengetahuan karena sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kuliah tatap muka.
Mahasiswa saat ini layak burung yang terkurung dalam sangkarnya, dan ingin keluar dari sangkar tersebut dengan cara menghirup bebas udara kampus. Sangking sangat berharap agar mendapatkan kemerdekaan dalam belajar.
Problematika yang didapatkan mahasiswa juga tidak sedikit, banyak diantara mahasiswa yang tidak mendapatkan nilai yang layak seperti yang diharapkan. Melainkan hanya mendapatkan nilai pas-passan, kemungkinan besar problem ini terlepas dari perspektif penulis, semuanya tergantung pada responsif mahasiswa terhadap dosennya sendiri. Dan tidak untuk dipermasalahkan semua tergantung personalnya masing-masing.
Tidak sedikit pula mahasiswa yang mengharapkan ilmu lebih dengan menghadiri seminar yang diadakan internal maupun eksternal kampus yang patut untuk dipelajari supaya tidak terlalu bosan dan malas dalam berpikir. Sungguh dengan kehadiran seminar tersebut dapat membangkitkan pula nalar mahasiswa yang haus akan berpikir.
Selain dari itu, mahasiswa sangat menginginkan tahapan kuliah tatap muka dan diberlakukannya sistem seperti sebelum pandemi, karena kuliah tatap muka tentunya sangat efektif dan mempunyai kebebasan dalam berargumen baik dalam kampus maupun diluar kampus.
Dengan diterapkan kuliah tatap muka, sungguh kemerdekaan belajar dibangku perkuliahan akan didapatkan kembali oleh para mahasiswa. Jika dibandingkan dengan kuliah dalam jaringan (daring) sungguh sangat jauh berbeda momentumnya.
Pihak kampus juga harus turut andil dalam memperjuangkan perkuliah tatap muka agar hubungan dosen dengan mahasiswa tetap erat dan utuh layaknya orangtua dengan anaknya. Sehingga tali silaturahmi tetap berdiri kokoh.
Dalam konteks kemerdekaan, harapan mahasiswa kepada pihak kampus sangat mengharapkan perkuliahan tatap muka, agar sistem pembelajaran dapat berjalan lancar dan daya kritis mahasiswa mahasiswa dapat terasah terus-menerus.
Sehingga daya saing mahasiswa dalam perkuliahan dapat berjalan dengan semestinya dan juga akan mendapatkan jati dirinya selama masa perkuliahan. Sehingga dapat implementasikan dalam masyarakat nantinya setelah lulus dari perkuliahan.
Penulis juga sangat mengharapkan kepada pihak kampus agar dipercepat perkuliahan tatap muka serta pemberlakukan sistem tatap muka dapat terlaksana dengan semestinya.
Sejatinya kemerdekaan belajar adalah mendapat kebebasan dalam belajar dan berpikir dan juga pendidikan yang menyajikan serta mengendepankan nilai harkat dan martabat manusia.
Penulis Merupakan Mahasiswa Sosiologi Agama FUF UIN Ar-Raniry