LINTAS NASIONAL – BANDA ACEH, Kehadiran perusahaan minyak raksasa PT Medco di Kabupaten Aceh Timur diminta harus memberikan dampak dan manfaat positif bagi masyarakat yang berada dilingkar perusahaan gas development project milik swasta.
Hal itu disampaikan oleh Pengamat Kebijakan Publik dan Akademisi Aceh, Usman Lamreung pada Kamis 10 Desember 2020.warga terdampak pada eksploitasi minyak mentah milik PT Medco, harus diberdayakan melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, alokasi anggaran CSR, jangan sampai mereka termarginal oleh sistem dan keadaan.
“Perusahaan minyak PT Medco, sudah seharusnya punya program strategis pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan, tinggal bagaimana strategi dan program tersebut di implementasi melibatkan partisipasi masyarakat,” pinta Usman
Kata Usman, selama ekspoitasi PT. Medco sudah melaksanakan berbagai program kepada warga lingkar perusahaan, baik program bersifat bantuan, pelatihan dan program pemberdayaan, salah satu adalah program padi sri toga dan sorga, namun program tersebut gagal, dan tidak berjalan lagi.
Hasil wawancara warga lingkar, Medco tahun 2020 ini ada beberapa program bantuan dan pelatihan diberikan kepada warga lingkar yaitu, budidaya ubi kayu di desa Blang Nisam, kegiatan bersifat charity seperti bantuan masker, westafel (covid-19), daging meugang ke stakeholder, dan penimbunan jalan desa. Namun lanjutnya untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat pemberdayaan, sangat minim, Medco lebih banyak pada kegiatan-kegiatan seremoni dari pada program-program berdampak pada penguatan sosial ekonomi dan program jangka panjang.
“Saran kami, agar tahun 2021 Medco harus fokus pada pemberdayaan warga lingkar, tingkat kemanfaatan pada penguatan sosial ekonomi dan beasiswa pendidikan studi lanjut. Agar warga sekitar terbedayakan dan bisa bekerja di perusahaan tersebut. Jangan hanya program dan kegiatan yang tingkat kemanfaatannya hanya sesaat, namun harus berdampak pada jangka panjang. Begitu besar dana CSR, sudah semestinya warga sekitar terbedayakan dengan baik, bukan malah sebaliknya miskin,” ungkap Usman
Menirutnya, dampak Program-program yang bersifat charity hanya berdampak sesaat, sebagai contoh program penimbunan jalan desa, hanya 30 hari setelah ditimbun, lubang jalan kembali menganga akibat hujan maupun gerusan banjir dua hari lalu.
Begitu jiga Program-program pemberdayaan seperti padi sri toga dan sorga belum memberikan hasil pada meningkatnya pendapatan warga, bahkan pada masa tanam saat ini, kelompok tani desa Alue Itam (lokasi program padi sri) kembali ke pola tanam konvensional.
“Program domba juga gagal, hilang tidak berbekas, hanya menyisakan kandang kosong di desa Alue Patong, dan pada sebuah sekolah kejuruan di desa Bandar Baro,” ketus Akademisi Universitas Abulyatama teraebut.
Usman mengungkapkan, polusi bau berdasarkan hasil kajian tim IPB Bogor berasal dari proses produksi, artinya selama kilang tersebut berproduksi (puluhan tahun) warga sangat berpotensi kembali akan mencium bau busuk kedepannya. Terkait hal tersebut semestinya Medco mensosialisasikan kepada warga areal proyek (CPP) tentang upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan oleh perusahaan guna meminimalisir emisi (polisi bau) dari proses produksi/operasional kilang.
“Setiap proyek tentunya akan berdampak positif dan negatif. Beberapa dampak negatif dalam dua tahun ini dinilai belum terkelola secara baik, sehingga dikuatirkan akan menjadi konflik sosial perusahaan dan warga lingkar, seperti aksi blokade jalan ROW oleh warga desa Tepin Raya baru baru ini, sehingga operasional perusahaan menjadi terganggu,” kata lebih lanjut
Katanya, Berbagai faktor menjadi akar masalah terjadinya konflik sosial, yang salah satunya tidak tersalurkannya aspirasi dan permasalahan yang ada di masyarakat seperti CSR, polusi bau, air sungai tercemar dan lainnya sehingga bereskalasi menjadi konflik sosial.
“Terkait hal tersebut, kami berharap Medco benar-benar serius menyusun konsep penyampaian keluhan atau Grievance Mechanisme, agar warga lingkar terfasilitasi dan warga bisa menyampaikan keluhan dengan baik,” pungkas Usman Lamreung (Red)