LINTAS NASIONAL – BANDA ACEH, Excecutive Director Murban Energy, Amine Abid dan Gubernur Aceh Nova Iriansyah kembali membahas tindak lanjut investasi Uni Emirat Arab (UEA) sektor pariwisata di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Pembahasan tindaklanjut investasi tersebut dilakukan yang sebelumnya pada senin, 21 Desember 2020 Amine Abid bersama dengan Kepala Dinas Pariwista Aceh, melakukan kunjungan ke Pulau Banyak untuk melihat langsung potensi wisata dan keindahan alamnya.
Potensi Pulau Banyak dengan keindahan alam dan panorama pulau-pulau kecil yang sangat bagus, siapapun yang berkunjung kagum dan ingin kembali, termasuk Amine Abid sangat terkesan dengan pulau-pulau disana, mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi daerah distinasi wisata yang modern.
Dari kunjungan Excecutive Director Murban Energy, Amine Abid, tentu berdampak positif untuk pengembangan sektor pariwitasa dan kemakmuran masayarakat. Tentu minat Uni Emirat Arab (UEA) investasi di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil perlu dukungan semua pihak, namun yang paling penting adalah kesiapan pemerintah propinsi dan kabupaten dalam menyediakan Infrastruktur yang dibutuhkan para investor, termasuk reformasi birokrasi.
Menanggapi rencana tersebut Pengamat Kebijakan Publik Aceh mengingatkan Nova Iriansyah, terkait investasi pariwisata di Pulau Banyak oleh swasta Uni Emirat Arab, Murban Energy, perlu direspon dengan cerdas oleh Pemerintah Aceh.
“Jika kita merujuk pada pernyataan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin yang menyebut bahwa pihak investor akan membangun infrastruktur dan meminta hak pengelolaan destinasi wisata di sana, maka besar kemungkinan investasi ini tidak akan berdampak apa-apa bagi rakyat Aceh, khususnya masyarakat Singkil-Pulau Banyak,” jelas Usman pada Jumat 25 Desember 2020
Menurut Usman, jika skema investasinya seperti ini, pengembangan kepariwisataan di Pulau Banyak nantinya akan berpotensi eksklusif, tidak menjangkau kepentingan masyarakat dan pelaku usaha pariwisata di Aceh, bahkan sangat mungkin mengarah pada pola “from UEA to UEA”, penyedia jasa pariwisatanya pihak UEA, yang menerima manfaat ekonominya juga pihak UEA.
“Jika ini yang terjadi maka Pemerintah Aceh sama saja mengundang “ureung laen meukat bak lapak droe”. lanjutnya
Oleh karena itu, tegas Usman Gubernur Nova dan jajaran Pemerintah Aceh harus cerdas dan memiliki skema yang jelas dalam rencana investasi oleh swasta UEA ini.
Ia menilao sangat aneh dan sangat normatif bahasa Gubernur Nova seperti pengamat yang berharap investasi UEA akan memberi multiplier effect memakmurkan rakyat Aceh.
Padahal ia dalam posisi sebagai rule maker penguasa negeri, Nova seharusnya mengambil posisi sebagai penentu yang bukan hanya sekadar berharap tapi dengan jelas dan tegas memastikan bahwa rencana investasi pariwisata di Pulau Banyak oleh pihak swasta (UEA) tersebut betul-betul berdampak positif bagi rakyat Aceh terutama masyarakat singkil dan pulau banyak. Ini yang harus ditunjukkan Nova sebagai pemimpin ke rakyat Aceh.
Akademisi Abuluatama tersebut meminta Nova harus secara trasparan menjelaskan kepada publik seperti apa skema investasi oleh swasta UEA tersebut dan seperti apa proyeksi manfaat dan dampak positifnya bagi rakyat Aceh nantinya.
“Saya melihat prilaku dibawah pemerintahan Nova ini gemar membius rakyat Aceh dengan janji-janji bombastis terkait rencana investasi di Aceh, seperti menjadikan Pulau Banyak menjadi Maldives kedua. Ini sama polanya dengan kasus KIA Ladong dan KEK Arun, yang digadang-gadang akan membuat ekonomi Aceh maju, industri Aceh akan tumbuh, menyerap puluhan ribu tenaga kerja, tapi ujung-ujungnya choh bandum. Kasus KIA Ladong investor putra daerah yang sudah sangat membantu hingga nekat menghadapi resiko kerugian angkat kaki karena sudah tidak tahan dengan mental ‘kuah beu leumak u bek beukah” rezim Nova. Setali tiga uang status PSN KEK Arun juga hilang dibawah pemerintahan Gubernur Nova Iriansyah.
“Belajar dari kegagalan demi kegagalan selama ini, Usman menekankan agar Nova dan jajarannya fokus memberi bukti bukan sekadar mengumbar janji, bergaya dengan judul-judul bombastis tapi implementasi nol besar, hingga berujung menjadi “siklus PHP ( pemberi harapan palsu)” bagi rakyat Aceh. Ini saatnya Nova dan jejarannya Pemerintah Aceh membuktikan mereka profesional, tidak amatiran mengurus investasi,” tegas Usman. (Red)