Saatnya Verifikasi Arah Kiblat untuk Sempurnakan Shalat

Peristiwa tahunan Rashdul Qiblat

LINTAS NASIONAL – JAKARTA, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa mengimbau masyarakat agar dapat memanfaatkan momen tersebut untuk melihat ulang arah kiblat masjid atau rumah masing-masing.

“Kepada kaum muslimin agar memanfaatkan momen ini untuk mengkalibrasi atau memverifikasi arah kiblat yang tepat di masjid-masjid, mushalla, rumah, atau tempat masing-masing secara serentak pada jam 16.18 WIB agar memperoleh kesempurnaan dalam memenuhi syarat rukun shalatnya,” ujar kiai yang juga pengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu 27 Mei 2020

Sementara itu, Wakil Sekretaris LF PBNU Ma’rufin Sudibyo menjelaskan bahwa peristiwa Rashdul Qiblat yang pertama untuk tahun 2020 terjadi pada 27 Mei 2020 pukul 16:18 WIB.

Secara teknis falakiyah dengan mempertimbangkan dimensi-tampak matahari, maka peristiwa ini sebenarnya terjadi pada 26 Mei 2020 hingga 28 Mei 2020 (3 Syawal 1441 H hingga 5 Syawal 1441 H) pada jam yang sama. Hal ini juga dikonfirmasi Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin melalui status Facebooknya.

“Setiap 26-30 Mei antara pk 16.13-16.23 WIB bayangan matahari mengarah ke arah kiblat. Itulah saatnya utk menyempurnakan arah kiblat bagi musholla atau masjid yg arah kiblatnya blm diukur secara akurat,” tulis pakar astronomi Indonesia itu.

Ma’rufin menjelaskan bahwa Rashdul Qiblah ini dapat disaksikan dari Indonesia bagian barat hingga tengah. Adapun Indonesia bagian timur tidak dapat melihatnya mengingat saat peristiwa tersebut, matahari sudah terbenam di wilayah tersebut.

“Ini adalah fenomena tahunan di mana matahari berkedudukan tepat di atas Ka’bah (istiwa’ Ka’bah) sehingga bayang-bayang dari benda apapun yang terpasang tegak lurus permukaan air rata-rata dan tersinari cahaya matahari akan tepat berimpit dengan arah kiblat setempat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ma’rufin menerangkan bahwa mengukur arah kiblat pada saat Rashdul Qiblat adalah teknik pengukuran yang dipandang paling akurat secara keilmuan. “Jauh melebihi akurasi penggunaan GPS ataupun kompas magnetik,” katanya.

Meskipun paling akurat, caranya sederhana saja, yakni cukup posisikan sebuah benda secara vertikal sehingga tegak lurus dengan permukaan air setempat. Dalam praktiknya, dapat digunakan sebuah bandul atau pendulum yang cukup berat dengan tali yang kukuh sehingga stabil saat terkena getaran atau hembusan angin.

Biarkan bandul berada di bawah paparan sinar matahari di tanggal 26 Mei hingga 30 Mei pada pukul 16.18 WIB atau 17.18 WITA. Lantas tandai bayangan tali bandul di dua titik berbeda. Tarik garis lurus di antara dua titik itu dan posisikan menghadap ke matahari, maka pada dasarnya kita sudah menghadap kiblat dengan akurasi sangat tinggi.

Di samping itu, peristiwa tersebut juga bisa dilakukan di dalam masjid atau mushala yang terdapat jendela di bagian mihrabnya. Di Indonesia, karena terjadi pada sore hari maka arah sinar menuju ke timur. Bila cahaya matahari yang masuk lewat jendela mihrab segaris dengan kiblat masjid atau mushalla, maka artinya kiblat rumah ibadah itu sudah tepat. Namun, bila melenceng, serong ke kanan atau ke kiri, artinya patut diluruskan dengan garis semburat cahaya tersebut.

Hal yang mesti diperhatikan sebelum melakukan itu semua adalah menyiapkan jam atau arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio, televisi, atau internet. Juga sejumlah perangkat lain, seperti spidol, penggaris, atau sejenisnya untuk menandai arah kiblat begitu rashdul qiblah berlangsung. Sejumlah persiapan itu penting agar pengamatan tak berlangsung terburu-buru karena detik-detik rashdul qiblat berlangsung hanya sebentar dengan masa toleransi kira-kira 1 hingga 2 menit.

Lembaga Falakiyah PBNU mengingatkan, secara geografis atau astronomis, Kota Makkah terletak di 39 derajat 49 menit 34 detik LU dan 21 derajat 25 menit 21 detik BT. Dari Indonesia, koordinat ini berada pada arah barat laut dengan derajat bervariasi antara 21 derajat -27 derajat menurut koordinat (garis lintang dan garis bujur) masing-masing daerah.

Arah kiblat Indonesia bukanlah ke barat. Jika ke barat maka semua wilayah Indonesia yang terletak di 34 derajat 7 menit LU dan seterusnya (ke utara), seperti Aceh, akan lurus dengan Negara Ethiopia atau melenceng ke selatan sejauh 1750 km dari Mekkah. Begitu juga yang terletak di 4 derajat 39 menit LS sampai 3 derajat 47 menit LU, menghadap barat berarti lurus dengan Negara Kenya.

Secara falakiyah, Rashdul Qiblat bisa terjadi karena gerak semu tahunan matahari dan tata koordinat langit. Dalam tata koordinat langit dikenal adanya titik zenith, titik dengan tinggi 90 derajat dari semua arah. Apabila bulan dan matahari tepat berada di titik ini maka sinar yang dipancarkannya akan membuat sebuah benda yang berdiri tegak kehilangan bayang-bayangnya.

Gerak semu tahunan matahari terjadi di antara garis lintang 23,5 LU hingga 23,5 LS. Sementara Ka’bah berada pada garis lintang 21º 25′ LU. Sehingga dalam setahun Miladiyah atau Tarikh Umum terbuka dua kemungkinan matahari berkedudukan di titik zenith Ka’bah, masing-masing pada akhir Mei dan pertengahan Juli.

Dalam momen itu, setiap bayangan benda tegak di Kota Makkah akan menghilang tepat pada jam 12:18 setempat (untuk Mei). Sebaliknya belahan bumi yang sedang tersinari cahaya matahari itu akan mendapati matahari tepat berada di atas Ka’bah sehingga setiap bayang benda yang terpasang tegak lurus akan mengarah ke Ka’bah. (nu.id)