LINTAS NASIONAL – JAKARTA, Tokoh perempuan Nasional yang juga Presiden Direktur PT. Imza Rizky Jaya Group Dr. (Cn) Hj. Rizayati SH, MM mendukung penuh langkah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.
Hal itu disampaikan Hj. Rizayati menanggapi pidato Nadiem Makarim saat memimpin upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Sabtu 2 Mei 2021.
“Saya mendukung dan mengapresiasi langkah mas Nadiem yang salah satunya melakukan perbaikan infrastruktur dan teknologi di sektor pendidikan di era digital, karena kebutuhan terhadap teknologi merupakan keniscayaan dan bagian integral dari pendidikan kita dasawarsa ini,” ujar wanita peraih peraih penghargaan wanita Inspiratif tahun 2020 dan 2021 ini
Wanita berdarah Aceh ini mengatakan Dampak Pandemic Covid 19 turut dirasakan oleh seluruh komponen bangsa di dunia di berbagai sektor, termasuk pendidikan di Indonesia, akan tetapi hal itu berarti menjadi faktor penghambat dalam memperbaiki sistem pendidikan Indonesia.
“Kita tidak boleh jadikan itu sebagai alasan utama sehingga menjadi penghambat untuk perbaikan kebijakan, prosedur, pendanaan, dan pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Tidak ada alasan pembenaran yang menghambat kita untuk maju, pendidikan kita harus nomor satu di era digitalisasi 4.0 ini,” tegas Pendiri dan Presiden Partai Indonesia Terang ini
Ditengah kondisi Era New Normal ini Hj. Rizayati menaruh harapan besar di Bidang pendidikan, ia meminta regulasi belajar Daring agar di evalusi kembali.
“Harapan saya, ditengah-tengah penerapan protokol kesehatan yang ketat guna memutus mata rantai Covid 19 regulasi belajar daring perlu dikaji kembali. Artinya, Daring itu harus ada pembatasan dan kita ingin anak didik bisa kembali belajar dengan tatap muka seperti bulan sebelumnya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah,” pinta perempuang bergelar Cut Nyak Cahaya Jeumpa tersebut
Penggagas Indonesia Terang ini juga berharap adanya perbaikan kurikulum pendidikan.
“Harapan mendasar dari Saya agar perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen itu dapat direalisasikan untuk menunjang, menyesuaikan, dan menyelaraskan pendidikan kita dengan kebutuhan zaman,” lanjutnya
Bicara pendidikan Indonesia, menurutnya harus dilihat secara Universal dan Subtantif, karena bila dibandingkan dengan Negara-negara Eropa dan Asia baik di bidang SDM dan Infrastruktur masih kategori tertinggal.
“Kita harus melihat secara substantif dan komprehensif, artinya kebutuhan terhadap infrastruktur pendidikan di daerah masih jauh dari harapan, itu penting menjadi perhatian, agar proses belajar mengajar lebih kondusif, baik bangunan, fasilitas hingga dengan kesejahteraan tenaga didik,” katanya lebih lanjut
Menurut kandidat Doktor Bidang Ekonomi Manajemen Universitas Persada Indonesia YAI, Jakarta ini menilai fasilitas penerangan secara umum di Indonesia juga masih sangat kurang hal itu kita lihat dari berbagai pemberitaan media tanah air dan keluhan masyarakat di daerah pelosok.
“Kendati demikian, sebagai penggagas program “ Indonesia Terang “ kami turut berkontribusi bagi daerah dengan memasang sejumlah PJU-TS di sejumlah tempat pendidikan daerah walau itu terasa masih jauh dari kata sempurna,” imbuhnya
Katanya, kondisi ini sangat ironi, pemerintah harus serius temukan solusi persoalan ini. Indonesia sudah merdeka puluhan tahun, pendidikan adalah hak semua anak bangsa tanpa kecuali. Apa yang menghambat pendidikan bagi warga di 10 distrik itupun pemerintah harus transparan sehingga solusi yang bersifat solutif dapat ditemukan dan pemangku kepentingan, pengambil kebijakan hingga aktivis pendidikan dapat berkontribusi di dalamnya.
“Jika Partai Indonesia Terang (PINTER) memiliki ruang dalam konstitusi pasca Pemilu 2024, maka salah satu fokus kami di sektor riel pendidikan melalui berbagai pendekatan, konsep, paradigma maupun kurikulum disamping infrastruktur, fasilitas, dan kesejahteraan tenaga didik. Itu pasti,” tegas Hj. Rizayati
Ia meminta kepada semua pihak Hardiknas setiap 2 Mei yang diperingati setahun sekali jangan hanya menjadi seremonial semata, semua sektor harus di evaluasi muali dari Pendidikan karakter, revolusi mental, sejarah, pembangunan peradaban dan memanusiakan manusia dalam berbagai manifestasinya.
“Setiap 2 Mei merupakan momentum bersejarah yang harus diperingati. Akan tetapi, bukan sebatas seremonial, melainkan harus menyentuh substansi untuk realisasi. Apapun program, konsep, pembaharuan disektor pendidikan harus direalisasi sedemikian rupa sehingga menyentuh kebutuhan asasi dari pendidikan itu sendiri. Intinya, realisasi secara pasti,” pungkas tokoh perempuan 36 tahun ini (Red)