Group Kuta Gle Simpang Mamplam Tampil Memukau di Festival Meurukon Pemerintah Aceh

Group Meurukon Kuta Gle Simpang Mamplam Bireuen di Festival Meurukon Pemerintah Aceh

LINTAS NASIONAL – BIREUEN, 14 Group Nazam Meurukon di Kabupaten Bireuen mengikuti “Festival Meurukon” yang digelar Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Ball Room Hotel Fajar Kota Juang.

Festival Meurukon dengan Tema “Revitalisasi Seni Tutur Aceh” dibuka oleh Kepala Seksi Bahasa Disbudpar Aceh, Azizar Mansyah, S.Sos pada Jumat 25 Maret 2022 malam dan akan ditutup pada Sabtu 26 Maret nanti malam, Event ini diikuti 14 kecamatan di Kabupaten Bireuen.

Salah satu Group Nazam Rukon Agama yang tampil memukau di Festival itu, yakni Group Rukon Kuta Gle dari Kecamatan Simpang Mamplam.

Group yang digawangi oleh Amrul Hidayat itu (Syeh) melantunkan bait-bait syair mampu menghentak panggung festival seni budaya tertua di Aceh itu.

Group Meurukon dari Gampong Blangkuta Dua Meunasah itu beranggotakan, M yusuf, Amiruddin, Syauwal, M Alfazil, Ramadhani dan Mulyadi.

Mereka tampil tidak hanya di daerahnya. Ada tradisi saling mengundang dalam komunitas meurukon lintas daerah, baik untuk sekadar eksibisi maupun pertandingan.

Selain aktif berlatih Group meurukon Kuta Gle kerap menyemarakkan berbagai acara sosial maupun kegiatan keagamaan.

Group Meurukon Kuta Gle tampil di festival itu didampingi oleh Camat Simpang Mamplam Hendri Maulan SIP, MSM, Keuchik Desa Blang Kuta Dua Meunasah Fakhrizal dan Mahdi Usman.

Mahdi Usman kepada lintasnasional.com mengatakan Group Meurukon Kuta Glee yang mewakili Kecamatan Simpang Mamplam telah tampil secara maksimal.

“Kami diberi waktu selama 20 menit oleh Dewan Juri untuk melantunkan syair-syair agama yang dikutip dari hadist Nabi dan ayat-ayat Alquran,” katanya

Dirinya sangat mengapresiasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang telah menggelar Festival Meurukon ini.

“Ini adalah budaya Aceh yang harus dilestarikan, Meurukon salah satu wahana dakwah, pendidikan keagamaan sekaligus sarana hiburan rakyat,” tutur Mahdi

Di Desa Blang Kuta, kata Mahdi Meurukon sudah menjadi tradisi yang dilestarikan secar turun temurun.

“Meurukon bukan hanya sekedar mengikuti event, selain sering tampil memenuhi undangan di Daerah lain, kita juga hampir tiap malam melantunkan syair-syair Meurukon di Meunasah sebagai ajang latihan,” pungkasnya

Meurukon dipopulerkan di Aceh sejak tahun 1990-an, merupakan salah satu bentuk kesenian untuk pendidikan dan pengajaran, serta penanaman nilai-nilai moral.

Seni tutur Islami ini juga dikenal salah satu genre puisi Aceh yang dipresentasikan dengan cara dialogis, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, dengan cara bersajak tentang kaidah-kaidah dasar keagamaan.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Aceh Jamaluddin SE, AK, MS.I diwakili oleh Kepala Seksi Bahasa Disbudpar Aceh, Azizar Mansyah, S.Sos dalam sambutannya mengatakan festival ini bertujuan untuk membangkitkan kembali kebudayaan Aceh sebagai peninggalan endatu yang harus dilestarikan, serta melakukan pembinaan terhadap seni budaya daerah dalam hal ini adalah seni meurukon sebagai bagian kekayaan sastra Aceh.

“Kita berharap seni meurukon ini dapat terus berkembang dan semakin dikenal di masyarakat luas khususnya Kabupaten Bireuen,” ujarnya (Red)