Iklan Lintas Nasional
Sosok  

Sosok Rahmawati Wanita Aceh Dapat Beasiswa di Harvard untuk Mengajar Bahasa Indonesia

LINTAS NASiONAL, Ketertarikannya dalam dunia belajar mengajar membuat Rahmawati sukses mendapatkan beasiswa luar negeri di kampus bergengsi dunia Universitas Harvard. Ini kisah Rahma yang meraih beasiswa program Badan Bahasa Foreign Language Teaching Assistant (FLTA) di Harvard Kennedy School, Harvard University dari .

Rahma menjelaskan Fulbright FLTA merupakan program untuk mengasisteni kelas Bahasa Indonesia di tingkat universitas di Amerika selama dua semester atau sekitar sembilan bulan. Mereka yang mendapatkan beasiswa Fulbright ini akan menjadi pengajar sekaligus mahasiswa di kampus Amerika Serikat.

“Jadi ini program dari Fulbright dan non-degree. Untuk awardee-nya bertugas sebagai asisten pengajar atau pengajar utama bahasa asing di kampus tersebut dan mengambil minimal empat mata kuliah selama setahun itu. Nah, sebagian kampus mewajibkan FLTA itu untuk mengambilnya secara credit dan yang lainnya secara audit,” ungkap Rahma dikutip dari wolipop, Kamis 12 Agustus 2020.

Perjalanan Rahma mendapatkan beasiswa ke luar negeri di Universitas Harvard dimulai setelah dia lulus kuliah dari FKIP Bahasa Inggris Universitas Syiah Kuala. Pada masa kuliah, Rahma yang merupakan angkatan 2006 itu pernah mengikuti program internship di Turki pada 2010-2011. Rahma sendiri wisuda dan lulus kuliah pada 2012.

Setelah lulus kuliah, wanita 32 tahun itu bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta di Semarang selama tiga tahun. Setelah memiliki pengalaman di Semarang selama tiga tahun, Rahma kembali ke kampung halamannya Aceh dan melanjutkan pekerjaannya sebagai guru. Saat bekerja menjadi guru itu, dia juga mencoba mendaftar Fulbright FLTA Awardee di Harvard Kennedy School, Harvard University.

“Akhirnya, aku menerima beasiswa FLTA. Yang salah satu syarat pengajuannya adalah seorang guru bahasa Inggris atau BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). Alhamdulillah menjadi poin plus karena sudah enam tahun mengajar,” ujarnya.

Rahma yang juga aktif di YouTube dengan membuat vlog mengenai budaya dan travelling itu mengatakan pengalamannya menjadi vlogger ini cukup membantunya mendapatkan beasiswa Fulbright di Universitas Harvard.

“Ketika harus menulis esai obyektif studi untuk FLTA dan aku menulis tentang YouTube ketika aku mengajar bahasa Indonesia, rupanya itu bisa menarik perhatian bagi para pewawancara Fulbright-nya,” ucap anak keempat dari lima bersaudara itu.

Selama satu tahun, Rahma pun menempuh beberapa tahap tes FLTA untuk mendapatkan beasiswa Fulbright. Salah satu tes yang dijalaninya adalah matching process. Matching process adah pihak kandidat merangking kampus dan begitu pula sebaliknya, pihak kampus akan memberi rangking para kandidat.

“Awalnya aku nggak isi Harvard sebagai pilihan pertama, karena banyak pertimbangan dan walaupun aku kepengin banget di sana. Aku merasa kurang percaya diri dan aku menaruh Harvard di pilihan ketiga. Pilihan pertama Universitas Georgia, kedua Universitas Columbia dan ketiga Harvard. Ternyata hasil matching testnya memilih aku di Harvard,” jelasnya lega.

Setelah dinyatakan lulus untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri dari Fulbright di Universitas Harvard, Rahma mengabarkan ke pihak tempatnya bekerja. Dan rekan-rekan kerjanya pun kaget dengan kabar tersebut.

“Aku lagi di kantor senang banget setelah ngajar. Langsung terharu dan kasih tahu kawan-kawan karena sebelumnya aku nggak sharing dan menutupi kalau aku ikutan program beasiswa. Jadi tiba-tiba semua orang jadi shock apalagi keberangkatannya Agustus tahun ajaran akademik yang baru seperti di Indonesia. Bahagia banget senang sampai nangis juga,” kata Rahma yang terharu.

Pengalaman Mendapatkan Beasiswa Luar Negeri di Harvard

Rahma menginjakkan kakinya di Universitas Harvard pada 2018. Ketika berada di Harvard, Rahma bertugas untuk mengajar dan belajar di kampusnya. Dia bisa mengaudit mata kuliah yang diikutinya. Artinya dia hanya mengikuti mata kuliah tanpa mengerjakan tugas-tugas kelas tersebut, seperti menulis esai dan dan mengikuti ujian.

Wanita berhijab ini menjelaskan apa saja yang dilakukannya selama menjalani beasiswa di Universitas Harvard. “Jadi aku sebagai teacher dan mahasiswa. Di mata kuliahku, aku jadi mahasiswa lagi. Di Harvard hanya ada primary teacher, supervisor aku nggak ngajar. Tapi bahasa Indonesia di Harvard yang khusus FLTA, ini hanya program khusus audit,” terangnya.

Saat awal kuliah dan menjadi pengajar bahasa Indonesia di Universitas Harvard, Rahma mengaku sempat kurang tepat mengambil mata kuliah.

“Jadi di Harvard itu hanya ada satu FLTA. Berbeda dengan sebagian besar kampus di kampus lainnya. Jadi aku tidak punya teman untuk saling berbagi tentang ini. Aku awalnya agak bingung memilih mata kuliah. Di mata kuliah itu aku harus aktif berdiskusi. Sedangkan aku kurang paham, apalagi banyak terms (istilah) di materi kelas itu yang belum pernah aku dengar. Jadi kadang-kadang aku baca materinya berkali-kali dan googling istilahnya. Kurang lebih adaptasi selama dua bulan,” ucapnya seraya tertawa.

Seiring perjalanan waktu, Rahma menikmati hari-harinya di Universitas Harvard. Program beasiswa luar negeri yang dijalaninya selama setahun selesai dijalaninya pada 2019.

Selama di Harvard, Rahma mengaku kerap mengikuti kegiatan presentasi budaya. Dia pun membagi pengalaman tentang Indonesia kepada para mahasiswa dan dosen di kampus yang termasuk universitas Ivy League itu. Dan Rahma mendapat julukan Indonesian Language Teaching Fellow. (detik)