LINTAS NASIONAL – BIREUEN, MoU Helsinki merupakan Rahmat Allah yang harus disyukuri oleh segenap Rakyat Aceh karena kondisi saat ini lebih baik dari masa konflik.
Hal itu disampaikan oleh Bahrul Fazal M. Puteh dalam memperingati 16 Tahun penandatangan MoU Perdamaian Aceh di Helsinki antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia yang di tandatangani bersama pada 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.
“Perdamaian harus kita Syukuri, kehidupan Rakyat saat ini jauh lebih baik dari masa konflik, tanpa perang dan permusuhan, keberhasilan ini bukan hanya milik kombatan GAM saja, namun seluruh rakyat Aceh.” kata Bahrul Fazal yang juga merupakan Ketua APDESI Bireuen tersebut
Kata Bahrul Perdamaian Helsinki bukan sesuatu yang gratis, butuh perjuangan yang panjang yang membuat banyak korban berjatuhan untuk mencapainya.
“Kita harus terus merawat perdamaian ini, ada banyak perjuangan rakyat Aceh yang turut di dalamnya termasuk pejuang GAM, aktivis kampus dan para Elit politik Nasional asal Aceh,” imbuhnya
Hari ini banyak pihak yang mengkritik dan mengolok MoU padahal kata Bahrul perdamaian lahir berkat perjuangan dan pengorbanan bersama.
“MoU ini perjuangan kita bersama, maka kita memiliki tanggung jawab sosial atas itu, keberhasilan ini tidak boleh dilepas begitu saja dan harus tetap dikontrol, sehingga MoU akan berjalan pada arah untuk kesejahteraan rakyat,” sebutnya
Meskipun masih banyak butir-butir MoU yang belum diselesaikan dengan Pemerintah Pusat, ia meminta semua pihak tidak menyalahkan Tokoh-tokoh yang terlibat dalam Perdamaian dulu.
“Kita akui, respon masyarakat terhadap perdamaian ini menimbulkan banyak dinamika, karena beberapa implementasi dari MoU dan UUPA yang tidak sesuai dan tidak dilaksanakan dengan semestinya namun tidak akan selesai dengan saling menyalahkan,” ungkap Bahrul Fazal
Ia mengajak semua pihak untuk terus merawat perdamaian ini serta berperan aktif dalam menyelesaikan butir-butir MoU dan UUPA.
“Sudah saatnya para tokoh, Aktivis, Civil Society, akademisi elit Politik untuk memberi kontribusi yang terbaik bagi Aceh bukan malah menyalahkan dan menjadi penonton sehingga subtansi MoU Helsinki jauh dari nilai-nilai untuk kesejahteraan rakyat Aceh,” pungkas Bahrul Fazal M. Puteh (Red)