LINTAS NASIONAL – JAKARTA, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad mengimbau khususnya kepada warga Muhammadiyah untuk tak mudik lebaran 2021 karena masih berada di tengah darurat pandemi virus Corona (Covid-19).
Hal itu ia katakan untuk merespons banyaknya pihak yang mengkritik terkait kebijakan pemerintah soal larangan mudik lebaran.
“Diimbau kepada warga Muhammadiyah untuk mengikuti saran pemerintah dan persyarikatan untuk tidak mudik dulu. Silahkan silaturahmi bisa dengan cara online. Insya Allah walaupun dengan online tetap akan mendapat kebaikan,” kata Dadang lewat pada Jumat 9 April 2021.
Dadang mengaku khawatir angka penularan covid-19 yang sudah menurun kembali naik bila mudik diperbolehkan.
“Sebagaimana yang lalu-lalu. Dan setiap libur panjang selalu menjadi kluster baru,” kata Dadang.
Terpisah, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mendukung kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah terkait larangan mudik lebaran 2021 pada 6-17 Mei 2021 mendatang.
“Kebijakan Pemerintah melarang mudik sudah tepat,” kata Abdul.
Abdul menilai kebijakan larangan mudik sudah sepatutnya diterapkan. Menurutnya, angka penularan virus Corona masih tergolong tinggi meski kasus penularan sudah menurun beberapa waktu belakangan ini.
Data Kementerian Kesehatan Indonesia per Kamis 8 April 2021 menunjukkan angka positif Covid di Indonesia bertambah 5.504 orang. Sehingga angka kumulatif positif corona di Tanah Air mencapai 1.552.880 kasus.
“Pemerintah harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media, ormas, lembaga keagamaan, dan lainnya,” kata Abdul.
Selain itu, Abdul menegaskan instrumen larangan mudik tidak cukup hanya mengandalkan aparatur keamanan dan ancaman sanksi. Mudik, kata dia, merupakan masalah kultural dan bukan tindakan kriminalitas.
“Jadi yang lebih dikedepankan adalah edukasi, bukan ancaman sanksi,” tambahnya.
Abdul juga menilai mudik juga bukan masalah agama. Ia pun menegaskan tidak ada ajaran Islam tentang mudik. Menurutnya, yang melakukan kegiatan mudik tidak hanya umat Islam.
“Yang lebih kuat adalah masalah budaya dan ekonomi. Kalau dikaitkan dengan agama, justru di dalam agama, khususnya Islam, diajarkan bahwa keselamatan dan kesehatan diri dan masyarakat lebih diprioritaskan,” kata dia. (Cnn)