Oleh: dr. Murtaza
Darah tinggi atau yang lebih dikenal dalam bahasa medis dengan istilah hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat melebihi batasan normal yang telah ditetapkan oleh Perhimpunan Jantung Dunia yaitu 140/90 mmHg.
Data Kementrian Kesehatan 2018 menyebutkan estimasi kasus hipertensi di Indonesia di atas 18 tahun berjumlah 63.309.620 orang sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.
Profil Kesehatan Aceh tahun 2019 menyebutkan bahwa estimasi masyarakat Aceh yang menderita hipertensi di atas 15 tahun berjumlah 1,113,987 orang dan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Aceh tahun 2020 dengan jumlah 5,459,891 orang, maka secara kasar hal ini dapat diartikan bahwa 1 dari 5 masyarakat aceh menderita hipertensi. Hal ini tentu saja mendapat perhatian serius dari beberapa pakar ahli. Para ahli mengklasifikasikan hipertensi berdasarkan penyebabnya menjadi hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, seperti asupan garam yang berlebih. Saat tubuh kebanyakan asupan garam maka akan merusak sistem keseimbangan natrium dan kalium didalam tubuh, sehingga menyulitkan ginjal bekerja dengan baik yang menyebabkan terjadinya retensi (penumpukan) cairan diikuti dengan naiknya tekanan darah.
Pada tahun 2019 Jurnal CDK-274 mengatakan bahwa penderita hipertensi pada umumnya tidak memiliki keluhan, namun keluhan-keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi (berdebar-debar), pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Nyeri kepala umumnya terjadi pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital (bagian belakang kepala) terutama pada pagi hari.
Salah satu alasan tingginya angka penderita hipertensi di Aceh tidak lepas dari budaya masyarakat yang sangat familiar dengan berbagai makanan khas Aceh yang kaya akan kandungan garam (natrium), salah satunya adalah kuah belangong. Di provinsi Aceh, kuah belangong merupakan salah satu menu wajib yang telah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh dalam berbagai kegiatan dan acara.
Dalam meramu bumbu kuah belangong yang memakai rempah-rempah khas Aceh, tidak luput pula penambahan garam yang jumlahnya tidak sedikit. Dalam membuat kuah belangon dengan 200 porsi, biasanya ditambahkan lebih kurang 800 g sampai 1500 g garam sampai rasanya sesuai. Sedangkan, menurut WHO, kadar natrium yang sebaiknya dikonsumsi perharinya adalah 2400 mg yang setara
dengan 6 g garam dapur, penggunaan garam tidak lebih dari 1 sendok teh per hari. Jadi, cakupan jumlah garam dalam satu porsi kuah belangon berkisar sekitar 4 g sampai 7 g, belum lagi penambahan kadar garam dalam beberapa makanan lainnya. Jurnal Media Gizi Pangan tahun 2018 menyebutkan bahwa konsumsi garam berlebih cenderung mengalami hipertensi, dimana semakin tinggi asupan natrium, semakin tinggi kejadian hipertensi.
Hipertensi dapat diatasi dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengurangi asupan garam, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi minuman berkafein. Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan oleh NCBI September 2019, disebutkan bahwa rata-rata manusia mengonsumsi garam sebesar 3.5 – 5.5 g perhari. Membatasi asupan garam dibawah 2 g perhari terbukti dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi dan memperbaiki kondisi jantung penderita. Disisi lain, dapat juga mengonsumsi minuman yang kaya akan kandungan kalium seperti timun, minuman yang kaya akan kalium dapat menghambat penyerapan natrium oleh tubuh dan juga dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah tepi yang mengakibatkan tekanan darah juga menjadi turun. Namun, jika tekanan darah sudah cukup tinggi, pasien juga diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah.
Pencegahan tekanan darah tinggi juga dapat dilakukan dengan olah raga secara rutin, menjaga berat badan tetap ideal, menghindari makanan awetan, makanan yang mengandung garam dan makan makanan yang sehat yang kaya akan kalium.
Meski membatasi asupan garam itu baik, kekurangan garam juga bisa membahayakan, oleh karena itu tidak perlu sampai tidak mengonsumsi garam sama sekali karena takut garam menyebabkan hipertensi.
Masyarakat Aceh pada umumnya sudah paham bahwa berlebihan dalam mengonsumsi kuah beulangong dapat meningkatkan tekanan darah yang berakibat sakit kepala, jantung berdebar, dan kaku di seputaran leher.
Tentunya kuah beulangong sebagai kuliner khas Aceh juga merupakan sebuah identitas budaya yang harus dilestarikan. Melalui tulisan ini penulis mengharapkan dapat terbentuknya kesadaran dan kebijaksanaan di tengah masyarakat selaku konsumen untuk dapat meningkatkan dan terus mengembangkat gaya hidup sehat.
Ayo, Mulai hidup sehat dari diri kita, keluarga kita dan dari sekarang!
Penulis bertugas di Puskesmas Titeu, Kabupaten Pidie, Aceh