Fenomena ‘La Nina’ Berdampak pada Kesehatan

Oleh: Nisa Winanda

Pemanasan global yang terus terjadi menjadi perhatian dari seluruh kalangan di dunia. Hal ini akan berdampak terhadap seluruh sektor kehidupan manusia.

Berbagai permasalahan akan muncul akibat dampak dari pemanasan global ini, mulai dari masalah perubahan iklim yang akan mengganggu kehidupan makhluk hidup hingga munculnya masalah kesehatan baru. Pada pertengahan 2020, terjadi fenomena La Nina di beberapa negara di belahan dunia tak terkecuali Indonesia.

Fenomena La Nina adalah fenomena mendinginnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur dibawah kondisi normalnya. Fenomena ini sendiri kebalikan dari fenomena El Nino, yaitu pemanasan suhu permukaan laut yang berada diatas normal.

Fenomena La Nina ini pernah terjadi pada tahun 1973-1975 dan 1998-2001, dimana fenomena ini dapat terjadi beberapa tahun sekali dan sangat berdampak terhadap pola iklim dan cuaca di Indonesia yang dapat menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami pergeseran musim hujan menjadi lebih awal.

Kini fenomena La Nina di Indonesia diprediksi akan terus berlangsung hingga akhir 2022 atau awal tahun 2023 yang lebih dikenal dengan sebutan La Nina Triple Dip (3 tahun beruntun).

Saat terjadinya La Nina, curah hujan akan meningkat sebesar 20% hingga 40% lebih tinggi daripada saat tahun netral. Terjadinya fenomena ini dapat diprediksi dengan menggunakan model High Performance Computer (HPC) yang digunakan di berbagai lembaga seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir, longsor, angin kencang, hingga cuaca ekstrim yang dapat terus terjadi. Selain itu perubahan cuaca yang terjadi dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang menyerang manusia, maupun penyakit yang dibawa melalui hewan ke manusia.

Saat intensitas hujan meningkat akan meningkatkan pula genangan air, sehingga nyamuk Aedes Aegypti sangat mudah untuk berkembang biak sehingga meningkatkan resiko seseorang terkena DBD. Selain itu curah hujan yang tinggi juga dapat mengakibatkan banjir yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti gatal- gatal, penyakit leptospirosis, hingga diare.

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang disertai dengan gejala flu hingga batuk – batuk juga dapat dengan mudah menyerang manusia dikarenakan melemahnya imunitas/ daya tahan tubuh seseorang akibat perubahan cuaca. Tentu saja dengan menurunnya kesehatan seseorang dapat menurunkan pula produktivitasnya. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk menjaga kesehatan dalam menghadapi fenomena ini.

Tetap menjaga kebersihan lingkungan saat musim hujan tiba akan memiliki dampak yang sangat besar untuk kesehatan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti menutup tempat – tempat genangan air yang berpeluang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti, tidak membuang sampah ke sungai ataupun ketempat yang tidak semestinya, melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal, dan hal lainnya.

Selain itu memenuhi kebutuhan dan asupan gizi yang seimbang untuk dapat meningkatkan daya imunitas tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.

Fenomena alam yang terus terjadi dengan pola yang berbeda tiap tahunnya membuat manusia harus bersiap dan waspada terhadap kemungkinan – kemungkinan yang terjadi. Tidak terlepas dari munculnya masalah kesehatan, pencegahan yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya fenomena alam lainnya sangat penting dan harus dilakukan oleh manusia.

Sekecil apapun kontribusi yang dimulai untuk merubah bumi menjadi lebih baik akan memiliki dampak positif. Menjaga alam merupakan kunci utama untuk keseimbangan bumi. Bumi sehat, manusia kuat!

Penulis merupakan Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat FK Universitas Syiah Kuala