Oleh: dr. Murtaza
Nyeri dada adalah suatu sensasi nyeri yang berasal dari dada yang dapat terasa di sebelah kanan, kiri, tengah, atau seluruh bagian dada. Penyebab nyeri dada sangat bervariasi, mulai dari jantung, paru-paru, saluran pencernaan ataupun gangguan pada otot dan tulang dada. Namun, kondisi ini akan sangat berbahaya bila disebabkan oleh organ jantung dan pembuluh darah. Salah satu istilah yang sering kita dengar yaitu angin duduk.
Angin duduk dengan istilah medis sering dikaitkan dengan nama angina pectoris terjadi ketika pembuluh darah jantung (koroner) mengalami penyempitan. Pembuluh darah jantung berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya akan oksigen ke otot jantung. Ketika pembuluh darah jantung ini mengalami penyempitan, suplai oksigen untuk otot jantung akan terganggu sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan baik. Kondisi ini juga dikenal dengan penyakit jantung koroner.
Jurnal oxford medicine tahun 2018, menyebutkan bahwa 1 dari 3 kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Survei Sample Regristration System (SRS) pada tahun 2014 di Indonesia menunjukkan penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbanyak kedua setelah Stroke. Data dari kementrian Kesehatan tahun 2019 menyebutkan bahwa Aceh berada di posisi ke 4 setelah Kalimantan Utara, DIY, dan Gorontalo.
Walaupun berada diposisi ke-4, prevalensi masyarakat Aceh dengan penyakit jantung dan pembuluh darah masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit jantung koroner diantaranya perokok, memiliki tekanan darah yang tinggi, kolesterol darah yang tinggi, berat badan berlebih, jarang berolah-raga, riwayat keluarga yang menderita nyeri dada, penyakit jantung, ataupun stroke.
Penyakit jantung koroner memiliki gejala utama berupa nyeri dada seperti ditindih, di tekan dengan berat, diremas-remas, rasa terbakar ataupun seperti ditusuk dan dapat menjalar ke bagian tubuh yang lain seperti leher, lengan, bahu, punggung, rahang, dan gigi. Dan dapat disertai dengan keringat dingin, mual muntah, lemas, pusing melayang, serta pingsan.
Dalam menentukan seseorang menderita penyakit jantung koroner, dokter biasanya memulai dengan melakukan wawancara secara menyeluruh, mulai dari gejala, perjalanan penyakit, serta faktor resiko yang mungkin diderita. Dokter juga akan meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penanganan selanjutnya, seperti: pemeriksaan listrik jantung dengan Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai gangguan pada jantung, pemeriksaan darah untuk mengukur peningkatan enzim jantung, rontgen dada untuk menilai gambaran jantung, echocardiografi untuk mengevaluasi fungsi kerja jantung, dan angiografi untuk menilai sumbatan pada arteri koroner.
Dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk penyakit jantung koroner, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Diantaranya ialah dengan dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 mengenai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang memfokuskan kegiatan pada deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur dan juga Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang dimulai dari keluarga, diantaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota keluarga yang merokok.
Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, Kelola stress.
Khusus bagi penderita penyakit jantung koroner dapat juga dengan menerapkan pola hidup “PATUH” yaitu Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat, Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet sehat dan gizi seimbang, Hindari asap rokok, minuman beralkohol dan zat karsinogenik lainnya.
Melalui tulisan ini penulis mengharapkan dapat terbentuknya kesadaran di tengah masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan pribadi dan keluarga dari resiko yang dapat dicegah dengan melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari. Jika pembaca merasakan gejala-gejala di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter, disarankan untuk mencatat keluhan terkait penyakit jantung, seperti kapan keluhan muncul, area mana yang terasa sakit, berapa lama nyeri bertahan, dan bagaimana jenis nyeri yang dirasakan.
Informasi yang jelas dan lengkap dapat memudahkan dokter untuk menentukan diagnosis yang tepat.Tentunya dengan jantung yang sehat pada diri, kerabat dan teman-teman maka telah diawali langkah memperoleh sumber daya manusia unggul yang produktif dan sehat yang merupakan modal utama pembangunan bangsa.
Penulis bertugas di Puskesmas Titeu, Kabupaten Pidie, Aceh