Opini  

Tuberkulosis (TBC) di Sekitar Kita

(Memperingati Hari Tuberkulosis Dunia)

Oleh: dr. Murtaza

Penyakit Tuberkulosis (TBC) sudah dikenal sejak tahun 410 Sebelum Masehi. Pada zaman Yunani kuno, oleh Hippocrates (460-380 SM) mencatat adanya sejenis Tuberkulosis yang dikenal dengan sebutan phthisis. Seorang dokter berkebangsaan Jerman yang bernama Robert Koch pada tahun 1882 menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis, penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian sampai 25 % dari jumlah kematian penduduk di eropa sampai akhirnya di temukan obat pada tahun 1943 oleh Albert Schatz dari Amerika Serikat.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Laporan Tuberkulosis Dunia tahun 2020 menyebutkan Indonesia berada di posisi ke-2 setelah India dan disusul dengan Cina di posisi ke-3. Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa estimasi penderita TBC di Indonesia tahun 2020 sebesar 845.000 kasus namun yang terdata hanya 562.000 kasus, dengan kata lain terdapat 30% lebih penderita yang dapat menularkan penyakit TBC ini ke orang lain. Untuk Aceh sendiri, perkiraan tahun 2020 sebanyak 20.149 kasus TBC dan yang terdata hanya 5.964 kasus dengan jumlah kematian mencapai 150 kasus.

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini biasanya mempengaruhi organ paru-paru (TBC paru) tetapi juga dapat mempengaruhi organ lain (TBC luar paru), dan salah satu penyebab utama kematian dari 10 penyakit yang mematikan.

Gejala utama penderita TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam, meriang lebih dari satu bulan.

Penyakit tuberkulosis ini biasanya terjadi ketika seseorang menghirup udara yang mengandung kuman TBC, biasanya karena penderita TBC batuk atau bersin. Kuman ini bertahan berjam-jam terutama di tempat gelap dan lembab. Keluarga, teman, dan yang sering berinteraksi dengan penderita TBC ini merupakan orang yang beresiko terkena. Namun, perlu untuk diketahui bahwa tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan langsung menderita tuberkulosis. Terdapat dua katagori penderita tuberkulosis, pertama orang yang sudah terhirup dengan kuman TBC namun tidak ada keluhan. Kedua, orang yang terhirup kuman dan langsung menampakkan gejala-gejala penyakit (TBC Paru /Ektra Paru terkonfirmasi). Pada fase aktif inilah penderita dapat menularkan ke orang lain.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati, pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya, menggunakan masker ditempat ramai, menutup mulut ketika batuk, bersin, dan tertawa, tidak membuang dahak sembarangan, melakukan pemeriksaan TBC terutama bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar kuman TBC, jika terdiagnosa menderita TBC fase laten, ikuti prosedur pengobatan sebelum TBC menjadi aktif, memperbaiki sirkulasi udara di rumah untuk mencegah bakteri berdiam dalam ruangan, dan mendapatkan imunisasi BCG, terutama bagi anak-anak dan orang yang berisiko tinggi tertular kuman TBC.

Penyakit ini jarang yang berakibat fatal jika penderita mengikuti saran yang diberikan. Kunci pengobatan pada penyakit tuberkulosis ini yaitu sabar dengan efek samping obat yang kurang nyaman dan patuh untuk minum obat dengan durasi minimal 6 bulan sampai tuntas.

Pengobatan dan obat penyakit tuberkulosis ini bersifat gratis dan mudah didapatkan. Pemeriksaan sederhana dapat dilakukan di puskesmas (pemeriksaan dahak) dan dapat juga di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Daya tahan tubuh memiliki peranan sangat penting bagi penderita tuberkulosis, karena penyakit ini juga bisa kambuh. Oleh karena itu, menjaga gizi seimbang, rutin berolahraga, memakai masker dan istirahat cukup merupakan modal utama untuk mencegah penyakit tuberkulosis berulang.

Tanggal 24 Maret merupakan hari Tuberkulosis sedunia. Dengan merujuk pada tema tahun ini yaitu “Jam terus berdetak” maka dikesempatan memperingati hari Tuberkulosis sedunia ini penulis mengharapkan kesadaran dari diri pribadi, keluarga dan masyarakat akan pentingnya bekerja sama secepat mungkin untuk memutuskan mata rantai penularan kuman TBC ini.

“Penyaket TBC Nyan Insya Allah Puleh Meunyoe Tanyo Ta Tem Meu Ubat”

Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis!

Penulis bertugas di Puskesmas Titeu, Kabupaten Pidie, Aceh