LINTAS NASIONAL – AUSTRALIA, Sebuah tayangan video yang menunjukkan penanganan ternak sapi asal Australia yang dipotong di dua rumah pemotongan hewan di Indonesia kembali menjadi sorotan di Australia.
Departemen Pertanian Australia menerima rekaman pemotongan hewan tidak manusiawi di Indonesia. Pengusaha melacak hewan ternak yang dipotong dan sudah menghentikan sementara pengiriman ternak ke tempat pemotongan di Aceh. Animals Australia menyesalkan praktik yang pernah terungkap di tahun 2011 masih digunakan.
Sebuah LSM bernama Animals Australia telah melayangkan surat protes kepada Departemen Pertanian, Air dan Lingkungan Australia (DAWE), Jumat kemarin 6 Agustus 2020.
Dalam surat itu juga disertai rekaman video mengenai adanya pemotongan hewan dengan cara-cara yang tidak manusiawi yang dilakukan di rumah pemotongan yang sudah memiliki lisensi yang berada di Aceh tersebut.
Dalam pernyataannya kepada ABC, CEO Animals Australia Glenys Oogjes mengatakan tata cara pemotongan “sangatlah mengkhawatirkan”, seperti yang sudah pernah diungkapkan di tahun 2011.
Padahal sekarang sudah ada sistem pemantauan yang dibuat oleh Departemen Pertanian Australia, bernama Exporter Supply Chain Assurance System (ESCAS), setelah adanya larangan ekspor ternak ke Indonesia di tahun 2011.
“Ternak Australia di Indonesia masih dipotong menggunakan model Mark I yang sudah dilarang, penggunaan tali dalam pemotongan hewan menjadi keprihatinan bagi kita semua di industri peternakan,” kata Glenys.
Jelas sekali ada penerapan sanksi bagi pelanggaran ECAS meliputi pencabutan lisensi, sistem ini tidak akan secara efektif melindungi ternak dari penanganan yang brutal.”
Tapi Animals Australia menolak untuk memberikan rekaman tata cara pemotongan tersebut kepada ABC.
Beberapa pengusaha ekspor ternak sudah menyaksikan rekaman tersebut dan satu perusahaan sudah menghentikan sementara pengiriman sapi ke fasilitas yang bermasalah tersebut, kata Dewan Ekspor Ternak Australia (ALEC).
Direktur eksekutif Dewan Eksportir Hewan Ternak Australia, Mark Harvey-Sutton mengakui rekaman tersebut sangat membuat stres yang melihatnya dan menunjukkan hewan-hewan yang berasal dari Australia diikat dengan tali dan kemudian lehernya digorok tanpa dibunuh dengan kejutan listrik sebelumnya.
“Peristiwa ini tampaknya terjadi karena dilakukan oleh staf yang tidak berpengalaman, namun jelas ini di luar protokol normal yang dilakukan di Indonesia,” katanya.
Menurut Mark, beberapa video dan sejumlah besar foto yang diambil antara tanggal 30 Juli sampai 5 Agustus menunjukkan adanya 10 ternak sapi di fasilitas tersebut.
Dia mengatakan pengusaha Australia yang melakukan ekspor segera melakukan tindakan untuk mengetahui identitas sapi tersebut, namun tanda yang digantung di telinga sapi sudah dibuang, sehingga menyusahkan untuk mencari identitas sapi tersebut.
Dia membela sistem ECCAS yang sudah ada dengan mengatakan apa yang terjadi sebagai sebuah perkecualian.
“Saya tidak berusaha membela, namun sistem ini sudah bekerja dengan baik karena kami memiliki sistem yang luas di Indonesia, di mana kesejahteraan hewan sangat diperhatikan,” kata Mark.
Juru bicara DAWE mengatakan seluruh pengusaha ekspor ternak ke Indonesia sudah dikontak untuk mendapatkan informasi lebih banyak.
“Adalah hal yang tidak tepat untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai masalah yang sedang dalam penyelidikan,” kata juru bicara tersebut. (viva)