Oleh: Nab Bahany As
Pertanyaan awalnya, apa yang membedakan buku “Aceh Sepanjang Abad” yang ditulis H. Muhammad Said, dan diterbitkan pertama kali tahun 1961, dengan buku “Tarikh Aceh dan Nusantara” yang ditulis HM. Zainuddin, yg diterbitkan pertama kali juga tahun 1961.
Dua buku yang tergolong maha karya tentang sejarah Aceh ini, sampai hari ini setahu saya, belum ada satu orang pun (sarjana sejarah), yang mencoba untuk membandingkan (membedah) kedua isi buku yang sangat monumental dalam menulis tentang sejarah Aceh ini.
Ini menarik untuk diperbincangkan dalam memahami sejarah Aceh secara lengkap.
Belum sah rasanya, ketika seseorang menulis sejarah Aceh dalam berbagai aspeknya, apabila belum mengutip buku “Aceh Sepanjang Abad” (Muhammad Said) dan buku “Tarikh Aceh dan Nysantara” (H.M. Zainuddin).
Sebab, walau bagaimana pun dua buku ini adalah buku rujukan awal dlm memahami sejarah Aceh. Apa lagi dua buku ini masing-masing ditulis dengan periodesasi yg sangat lengkap, mulai dari awal sejarah Aceh hingga berakhirnya perang Belanda di Aceh.
Ini jelas teruraikan dalam “Aceh Sepanjang Abad” karya Muhammad Said. Itu sebabnya, Muhammad Said membagikan “Aceh Sepanjang Abad” itu dalam 2 jilid. Jilid pertama, berisikan dari sejarah awal mula Aceh hingga hingga berakhirnya Kesultanan Aceh.
Jilid 2 “Aceh Sepanjang Abad” lebih kepada pembahasan perang Belanda di Aceh, dengan sumber dan tokoh-tokoh perang Aceh yg sangat lengkap.
Sejauh yang penulis pelajari Muhammad Said dalam menulis “Aceh Sepanjang Abad” tergolong sangat objektif.
Lalu bagaimana dengan maha karya “Tarikh Aceh dan Nusantara” yg ditulis H.M Zainuddin. Setelah saya pelajari, antara “Tarikh Aceh dan Nusantara” dengan “Aceh Sepanjang Abad”, adalah dua buku sejarah Aceh yg saling melengkapi kekurangan dan kelebihan.
Cuma sayangnya, buku “Tarikh Aceh dan Nusantara” yang ditulis H.M Zainuddin jilid ke 2 nya tdak sempat dicetak. Naskah “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 2 yang sebenarnya sudah siap naik cetak tiba-tiba Rumah H.M Zainuddin di Medan terendam benjir. Naskah “Tarikh Aceh dan Nusantara” yg masih dalam bentuk tensilan itu hilang ditelan banjir tersebut.
Hal itu penulis ketaahui ketika saya mencetak ulang “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 1 dlm edisi ejaan yang kita sempurnakan tahun 2011, yang diterbitkan oleh lembaga saya, yaitu Lembaga Studi Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat (LSKPM) Aceh.
Untuk cetak ulang “Tarikh Aceh dan Nusantara” tahun 2011, saya harus minta izin pada ahli waris H.M Zainuddin di Medan, termasuk membayar royalti sekaligus kepada ahli waris, yaitu bapak Husni Zainuddin (anak H.M Zainuddin) di Medan.
Waktu itulah, pak Husni Zainuddin menceritakan soal naskah “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 2 yang tidak sempat dicetak, kerana tensilan naskahnya hilang saat rumahnya dilanda banjir.
“Semua naskah “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 2, yang sebenarnya sudah siap dicetak, saya yang ketik,” jelas Husni anak H.M Zainuddin pada saya saat itu.
Sayang sekali memang, sekiranya naskah “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 2 itu saat itu sempat dicetak, betapa sangat membatu referensi kita dalam memahami sebuah periodesasi sejarah perang Belanda di Aceh.
Karena, dalam “Tarikh Aceh dan Nusantara” jilid 2 itu, H.M Zainuddin mengupas periodesasi sejarah Aceh dari sejak Belanda menduduki Aceh, hingga masuknya Jepang sampai Indonesia Merdeka.
Tapi, terlepas dari itu, yang jelas buku “Aceh Sepanjang Abad” dan buku “Tarikh Aceh dan Nusantara” adalah dua buku penting yang harus dibaca oleh siapa saya yang hendak berbicara soal sejarah Aceh.
Penulis Merupakan Budayawan dan Pemerhati Sejarah Aceh