LINTAS NASIONAL – BANDA ACEH, Perjalanan Gubernur, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan rombongan ke Amerika Serikat yang menelan biaya mencapai 400 Juta pada tanggal 16 – 22 Mei 2022 mendatang bentuk dari pemborosan anggaran.
Hal itu disampaikan oleh Akademisi yang juga pengamat kebijakan Publik Aceh Usman Lamreung pada Kamis 11 Mei 2022, menurutnya relevansi dan urgensi kunjungan ke Amerika Serikat tidak terlalu penting, hanya program jalan-jalan saja, dan melakukan kerjasama dengan salah satu lembaga perguruan tinggi disana.
“Kunjungan pemerintah Aceh ke Amerika dengan membawa rombongan 13 orang tersebut apa sih urgensinya?, Kalau hanya MoU kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi disana, cukup kepala BPSDM dan bidang beasiswa satu orang saja yang berangkat,” tandas Usman Lamreung
Ia mempertanyakan kenapa harus dengan rombongan yang besar kalau hanya sebatas tandatangan MoU, kita menduga mereka memang berniat untuk bertamasya di akhir kekuasaan Gubernur Nova.
Pasalnya, sudah berulang kali kunjungan luar negeri dengan menggunakan anggaran negara dengan modus kerjasama, mencari investor dan lainnya, apa hasilnya?
“Banyak yang gagal dan tidak ada tindak lanjut, yang ada hanya menghabiskan anggaran. Ini sangat merugikan rakyat Aceh,” tegas Usman
Seharusnya kata Usman, Gubernur di sisa jabatannya dua bulan lagi fokus menyelesaikan berbagai program yang urgensi seperti pengentasan kemiskinan, realisasi anggaran, saat ini sangat dibutuhkan kebijakan cepat pemerintah Aceh.
“Begitu juga ikut sertanya unsur pimpinan DPRA, apa urgensinya, kepentingannya apa? Legislatif tugas dan fungsinya adalah kebijakan, anggaran dan pengawasan,” ujar Usman mempertanyakan
Dilihat dari fungsi dan tugasnya Usman menilai Pimpinan DPRA hanya jalan-jalan saja.
“Ini ranahnya eksekutif khusus BPSDM Aceh, tidak ada hubungan dengan legislatif,” cetusnya
Kejadian ini kata Usman sangat menyayat hati rakyat Aceh, ditengah status daerah juara termiskin, elit-elit Aceh gemar buat program jalan-jalan keluar negeri dengan berbagai alasan, judul, dalih dan pembenaran.
“Mereka sudah terlalu mati hatinya untuk paham apa itu ironi, tak sedikitpun mereka punya sense of crisis,” pungkas Usman Lamreung (AN)