Penulis: Nab Bahany As
Dulu, Gubernur Ibrahim Hasan, berhasil membangun Aceh tak ada dana Otsus, Karena beliau membangun Aceh dengan pikiran, Bukan dengan oligarkhi pepesan kosong tanpa isi.
Dari 10 terobosan program pemajuan pembangunan Aceh, yang di visikan Gubernur Ibrahim Hasan saat itu, semuanya terarah dan mencapai target.
Kecuali satu, yaitu program terobosan pembangunan jalan jaring laba-laba di wilayah pedalaman Tengah, Tenggara, dan Barat Selatan Aceh yang tidak sempat diselesaikan Gubernur Ibrahim Hasan, karena pak Him saat itu keburu ditarik ke Jakarta oleh Presiden Soeharto untuk jadi Menteri Koperasi dan Bulog.
Ibrahim Hasan adalah Gubernur pertama Aceh, yang sanggup memikirkan pembebasan rakit dari transportasi pantai barat selatan Aceh, yang sejak Pemerintahan Belanda sendiri di Aceh tidak sanggup memikirkan pembebesan rakit di wilayah pantai Barat Selatan Aceh ketika itu.
Tapi, Gubernur Ibrahim Hasan berhasil membuat transportasi pantai Barat Selatan Aceh, bebas dari rakit dalam 10 progran terobosan pembangunan Aceh yang divisikannya. Masyarakat Pantai Barat Selatan tentu tak akan pernah melupakan jasa Gubernur Ibrahim Hasan.
Sayangnya, pemimpin kita di Aceh hari ini mereka tidak mau belajar dari pendahulunya, bagaimana acara membangun Aceh dan masyarakatnya.
Penguasaan karakter, keagamaan, budaya, dan adat istiadat masyarakat Aceh yg dipimpinnya, mutlak harus dipahami oleh siapapun yang memimpin Aceh, kalau ia serius dan ikhlas untuk membangun Aceh.
Gubernur Ibrahim Hasan kelihatannya paham betul karakter, budaya dan sosial keagamaan masyarakat Aceh. Hal itu terlihat dari ungkapan-ungkapan filosofi hidup masyarakat Aceh yang disampaikan Gubernur Ibrahim Hasan dalam bahasa-bahasa pembangunannya yang merakyat.
Yang ungkapan-ungkapan filosofi Gubernur Ibrahim Hasan itu, kemudian dikutip oleh pejabat pejabat Aceh lainnya, sebagai dukungan pembenaran dari apa yg dikatakan Gubernur Ibrahim Hasan. Itulah yang namanya pemimpin panutan.
Misalnya Gubernur Ibrahim Hasan mengatakan: “Tanyoe ureueng Aceh dalam usaha meugoe, jaroe bak langai, mata u Keude”. Itu artinya, usaha ekonomi yg kita produkkan harus dapat berorientasi pasar.
Dalam hal mengejar ketertinggalan Aceh, Gubernur Ibrahim Hasan membahasakan: “Kita dalam mengejar ketertinggalan Aceh tak perlu bertanding dgn daerah lain, tapi kita Aceh harus mampu bersanding untuk lebih maju dari daerah lainnya di Indonesia.
Dalam memperkuat budaya dan adat istiadat Aceh, Gubernur Ibrahim Hasan mempopulerkan kembali dalam masyarakat Aceh, sebuah ungkapan filosofi Hadih Maja Aceh: “Mate Aneuk Mupat Jeurat, Gadoh Adat Pat Tamita”.
Hadih Maja Aceh ini dipopulerkan kembali Ibrahim Hasan agar masyarakat Aceh jangan sekali-kali meninggalkan adat istiadatnya sebagai warisan budaya indatunya.
Begitulah antara lain, dari cara Gubernur Ibrahim Hasan membangun Aceh, yang hari ini tentu masyarakat Aceh sangat merindukan, akan lahir kembali sosok pemimpin Aceh sebagaimana yang telah pernah dipraktekkan oleh Gubernur Ibrahim Hasan di Aceh.
Foto di bawah ini memperlihatkan: Gubernur Ibrahim Hasan sedang mengunjungi lokasi pembangunan gedung kantor PWI Aceh, Simpang Lima, kota Banda Aceh.
Dlm foto ini terlihat Ir. Nova Iriansyah (2 dari kiri berbaju putih) selaku arsitek konsultan pembangunan gedung PWI Aceh tampak serius mendengar arahan Gubernur Ibarahim Hasan, terkait pembangunan kantor PWI Aceh (baca teks foto).
Sekarang Ir. Nova Iriansyah sudah jadi Plt. Gubernur Aceh, kalau boleh kami menyarankan, Pak Nova banyak-banyaklah belajari dari pak Gubernur Ibrahim Hasan dulu bagaimana beliau membangun Aceh.
Penulis Merupakan Pemerhati Masalah Sejarah dan Kebudayaan Aceh