LINTAS NASIONAL – BANDA ACEH, Sekitar 500-an warga Gampong Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur kembali mengungsi ke Kantor Camat Banda Alam, setelah mencium bau gas disekitar gampong mereka yang berdekatan dengan tambang gas Blok A PT Medco.
Peristiwa keracunan gas ini kembali terulang untuk kedua kalinya, menanggapi kejadian tersebut pengamat kebijakan publik Usman Lamreung pada Selasa 29 Juni 2021 mengatakan bahwa sepertinya PT Medco E&P Malaka lalai dan belum mampu menanggulangi masalah yang seharusnya tidak terulang lagi.
Dia mengingatkan lagi peristiwa yang sama terus saja terulang setahun setelah BLOK A memulai operasi.
“Tepat jika kita semua mendesak Medco E&P Malaka untuk mensosialisasi kepada publik secara terbuka tentang bahaya H2S. Karena selama ini, PT Medco dinilai hanya memberikan solusi dari aspek sosial semata, melalui pemberian kompensasi uang, daging, dan lainnya,” ungkapnya
Akademisi Unaya Aceh Besar ini juga menerangkan bahwa pihak PT Medco E&P Malaka belum menjawab persoalan dasar yang selama ini terjadi yakni bahaya H2S dan rencana mitigasinya.
“Warga di areal tambang gas BLOK A berhak mendapatkan informasi dan PT Medco E&P Malaka berkewajiban menjelaskan resiko dan bahaya H2S, disertai penjelasan secara teknis dan detail rencana mitigasinya, misalkan menyangkut deteksi gas, jalur dan lokasi evakuasi,” sebutnya.
Menurut Usman Lamreung sebagai bagian resiko dari suatu proses produksi, sebagaimana diketahui, produksi gas di BLOK A memiliki tingkat resiko tinggi, sehingga PT Medco sebagai operator BLOK A dalam kegiatan operasionalnya harus benar-benar memprioritaskan keselamatan warga areal proyek.
“Dengan kejadian seperti ini, saya meragukan keseriusan PT Medco dalam penerapan keselamatan masyarakat dilapangan, mengingat insiden yang sama terus berulang, dan berdampak besar pada kesehatan masyarakat,” ungkapnya prihatin.
Usman Lamreung juga berharap melalui sosialisasi secara terbuka, masyarakat akan siap dan sadar untuk hidup berdampingan dengan kegiatan, tambang yang beresiko tinggi dan bersama-sama dengan stakeholder lainnya menyusun konsep Early Warning System (EWC) berbasis masyarakat, sebagai bagian mitigasi kebencanaan. (Red)