LINTAS NASIONAL – JAWA TIMUR, Ritual, mitos, dan kepercayaan yang unik, masih dilakukan oleh sebagian masyarakat hingga saat ini.
Kali ini jagat medsos dihebohkan dengan viralnya sebuah video prosesi sumpah pocong di daerah Sampang, Madura, Jawa Timur, Rabu siang, 22 Juli 2020.
Bagi masayarakat setempat, sumpah pocong merupakan solusi terakhir atas permasalahan tuduhan ilmu santet.
Dalam kasus kali ini, sang penuduh mengalami sakit tenggorokan setelah menerima bingkisan dari acara hajatan tertuduh. Merasa tidak bersalah, tertuduh pun meminta ritual sumpah pocong untuk membuktikannya.
Apakah Sahabat Dream penasaran dengan kisah ritual sumpah pocong selengkapnya? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Kronologi Persoalan
Awalnya, tuduhan penggunaan ilmu santet dilayangkan oleh Hikmah (20) terhadap Suranten (60) dan Misriyah (80). Hikmah mengaku sakit tenggorokan setelah makan bingkisan yang didapat dari hajatan di rumah keluarga tertuduh.
Pihak penuduh ini yakin bahwa Misriyah dan Suranten telah menggunakan ilmu santet terhadap Hikmah yang masih muda tersebut.
Prosesi sumpah pocong ini pun dilakukan di Masjid Madegan, Morombuk Timur, Desa Tebanah, Kecamatan Banyuates. Dalam prosesi ini, ritual Sumpah Pocong melibatkan Hikmah, Suranten dan Misriyah untuk dibungkus menggunakan kain kafan serta mengucap sumpah.
Pernyataan Paranormal
Sang ayah dari penuduh, Abdus Sarif (55) mengungkapkan putrinya itu mengalami sakit tenggorokan setelah makan dari rumah tertuduh, yakni Suranten dan Misriyah. Kemudian keluarga penuduh memeriskakan putrinya it uke paranormal.
Lantas paranormal menyatakan sakit tenggorokan itu berasal dari hal yang tidak wajar. Kemungkinan berasal dari ilmu santet.
“ Setelah memakan bingkisan itu tenggorokan anak saya sakit. Kemudian setelah ke paranormal katanya penyakitnya tidak wajar,” ungkap Abdus Sarif, dikutip dari akun Instagram @ndorobeii.
Usulkan Sumpah Pocong
Tuduhan persoalan ini sebenarnya sudah lama, yaitu sejak sebelum bulan Ramadhan. Akan tetapi prosesi ritual Sumpah Pocong baru dilaksanakan Rabu lalu. Prosesi itu dilaksanakan setelah mendapat izin dari Polsek dan kepala desa.
Sumpah Pocong ini berawal dari rasa tidak terima anak dari Suraten dan Misriyah yang dituduh menggunakan ilmu santet itu. Sang anak, Juheri (40) mengusulkan untuk menyelesaikan masalah ini dengan jalan Sumpah Pocong.
“ Sebenarnya tuduhan terhadap keluarga kami terjadi sebelum bulan puasa kemarin, namun urusan ini baru bisa berlanjut ke sumpah pocong selepas Ramadhan karena baru mendapat izin dari polsek dan kades,” kata Juheri, anak dari pihak tertuduh.
Sumpah Pocong Sebagai Solusi Akhir
Karena tidak mendapatkan titik temu antara kedua keluarga yang berseteru, akhirnya pilihan sumpah pocong pun menjadi solusi terakhir untuk menjawab tuduhan penggunaan ilmu santet itu.
Ketiga warga yang terlibat itu pun dibungkus kain kafan seperti jenazah. Secara bergantian mereka bertiga diambil sumpah.
Kemudian meja kecil diletakkan di atas tubuh mereka sebagai tempat menaruh kitab suci Alquran. Bagian wajah ketiganya tetap terbuka untuk dibimbing mengucapkan kalimat sumpah. Sebagai penutup ritual, ketiganya meminum air dari gayung secara bergantian.
Tuduhan Santet Sering Menjurus ke Sumpah Pocong
Tuduhan penggunaan ilmu santet atau ilmu hitam seperti itu memang umum sebagai alasan utama digelarnya ritual Sumpah Pocong. Hal ini dijelaskan oleh ketua takmir masjid Madegan, Hasyim Hamid.
Dampak atau hukuman yang diterima dari pelanggar sumpah pocong itu bisa terlihat usai 40 hari dari digelarnya ritual. Efeknya bisa berupa sakit hingga kematian. Ritual sumpah pocong ini kerap dipilih warga sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah.
“ Dampak sumpah pocong ini paling lambat 40 hari pascaritual,” ungkapnya. (dreams)