Bocah SMP Sindikat Pelaku Penipu Online Ditangkap di Aceh dan Medan

LINTAS NASIONAL – JAKARTA, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menangkap sindikat pelaku penipuan online yang ternyata para pelaku masih di bawah umur. Mereka ditangkap di Sumatera.
“Setelah dilakukan lidik secara mendalam, setelah kita cek akun, mulai lokasi, ini siapa, kemudian identitas yang bersangkutan, kita dapatkan akun tersebut ada di wilayah Aceh dan Medan,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono di kantornya, Jl Trunojoyo, Jakarta, Jumat 18 September 2020.

Dia mengatakan keempat pelaku berinisial AF, GR, MR, dan DFY. Polisi berkoordinasi dengan Badan Pemasyarakatan (Bapas) karena para pelaku masih di bawah umur.

“Rata-rata anak ini di bawah umur, antara 15-16 tahun. Kelas 7-8-9 SMP, ya. Karena mengingat kasus ini pelaku di bawah umur, kita koordinasikan dengan Bapas setempat,” ujarnya.

Baca juga: Intel Gadungan Bawa Kabur Emas Warga di Lhokseumawe
Awi mengatakan para pelaku cukup lihai dalam menjalankan modus penipuannya. Para pelaku mengaku menjual barang bermerek dan barang terbatas, seperti sepatu dan sandal.

Para pelaku tak pernah mengirim barang setelah menerima uang dari korban.

“Anak ini sudah pandai bermain di dunia maya, sehingga luar biasa kita temukan di Aceh dan Medan. Dan ini luar biasa penyelidikan yang tidak mudah,” ujar Awi.

Salah satu korban ialah putra kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep. Namun Awi tidak merinci kerugian yang dialami Kaesang.

“(Kaesang) di antaranya, ada beberapa (korban). Ada puluhan korban,” tambahnya.

Para pelaku terancam dijerat Pasal 45A ayat 1 juncto Pasal 28 ayat 1 dan/atau Pasal 41 ayat 1 juncto Pasal 36 UU ITE. Polisi mengimbau para orang tua lebih ketat mengawasi anak-anak.

“Terkait penanganan kasus anak-anak selama ini yang ditangani Ditsiber Bareskrim, ada dua kemungkinan. Pertama sesuai UU Perlindungan Anak dilakukan pembinaan dan dikembalikan ke ortunya, tentunya dalam pengawasan Polri. Kedua restorative justice. Ini sangat fenomenal, karena kita di zaman digital. Anak-anak sudah mengenal kejahatan dia melakukan kejahatan lewat online dengan mudah, kemudian hasilnya dipakai foya-foya,” ungkap Awi. (Red)